"Oknum di belakang SARACEN adalah Ancaman Jokowi di Pilpres 2019"
Anda ingin Menteri Agama Rizieq si chatter porno? Atau HT? Ini pilihan kita jika Saracen dibiarkan. Terjadi pesta mafia di balik Obor Rakyat dan Saracen. Sementara, terjadi over kepercayaan diri. Terlalu meremehkan orang. Merasa besar. Filosofi kejahatan dibalas kebaikan diterapkan. Obor Rakyat dimaafkan. Pentolan dibiarkan. Korbannya, salah satunya jelas Ahok, Jakarta, dan Jokowi – dan disintegrasi bangsa mengancam Indonesia.
Saracen, organisasi penjahat penyebar isu SARA dikecilmaknakan. Media specialist dibebaskan bergerak terus. Pendananya hanya diasingkan yakni Muhammad Riza Chalid, sang mafia Petral tiga zaman. Hasilnya lahir Saracen. Ira Oemar, Arsyad, dll.
Jangan memercayai Jasriadi Yadi. Manusia ini tidak setolol yang diperkirakan. Dia memiliki kelumayanan dalam penguasaan bahasa Inggris. Sri Rahayu Ningsih juga demikian sedikit paham bahasa Inggris sebagai bekas TKW. Faizal Muhammad Tenong. Jangan dibiarkan berkeliaran karena mereka kaki tangan para mafia,koruptor, teroris, dan politikus semprul. Bukan bahlul. Mereka penjahat yang mengkhianati NKRI, Pancasila dan kemanusiaan sekaligus. Gagal menangani Saracen, maka calon penguasa Indonesia 2019 bisa seperti gambar ilustrasi di atas.
Pembiaran Obor Rakyat dan Saracen
Tidak menangani kasus Obor Rakyat, demi kebaikan dari begundal politik, penjahat penghancur bangsa, hanya akan menuai badai dahsyat keruntuhan bangsa, intoleransi, dan permusuhan di Indonesia.
Setiyardi Budiono Obor Rakyat hanya cecunguk. Polri tidak mengusut tuntas sampai mencokok Riza Chalid. Hasilnya dia tetap malang-melintang bahkan mengatur kebencian lewat kasus Papa Minta Saham. Sepak terjang kroni SBY, Hatta Rajasa, Prabowo, Setya Novanto ini luar biasa.
Kegagalan menangani Obor Rakyat menghasilkan gerakan masif untuk melawan Jokowi dan kebijakannya. Fitnah terstruktur yang seakan terkomandoi dengan gerakan nyinyir manusia-manusia oposan seperti Fahri Hamzah, Fadli Zon, dan juga Habiburokhman, yang juga diikuti oleh pera cere parpol Demokrat, PAN, dan Gerindra semakin gencar merebak ke seluruh penjuru.
Maka tak heran gerakan pembencian terhadap Jokowi disebarkan seolah secara sporadis. Para pelaku di lapangan yang menjadi cecunguk terdepan dipilih yang seolah tolol bin bahlul. (Sri Rahayu Ningsih, Jasriadi, dan Muhamamd Faizal Tenong, bergerak menguasai ilmu IT yang lumayan.
Bahkan mereka mampu untuk mengaktifkan kembali akun yang telah diblokir dengan tipuan KTP dan passport, dan puluhan SIM card. Juga dengan modal email yang berjibun mampu membuat kelitan, bersembunyi dua atau tiga tingkat, namun tetap meninggalkan jejak.)
Arsyad, Ira Oemar, Buni Yani, Rizieq, Dampak Pembiaran
Publik masih ingat ketika Jokowi dan Mega diejek habis oleh tukang sate Arsyad. Hasilnya diberi hadiah uang Rp 30,000,000, malahan setelah Fadli Zon hendak membela si tukang sate. Wah, wah. A lasannya adalah Arsyad kasihan tak paham IT, wa ha ha ha. Akibatnya? Maraklah penghina Jokowi. Mashudi guru keblinger dari Brebes juga dilepaskan begitu saja.
Selanjutnya, muncul Riza Rakhmawati, lalu Ira Oemar, lalu banyak lagi yang intinya, dibiarkan dimaafkan dan diberi hadiah meriah. Akibatnya sungguh menyesakkan. Bukan pujian untuk kebaikan Polri dan Jokowi, namun memberikan dampak dahsyat yang tidak dipikirkan.
Bagi pendukung Presiden Jokowi jelas mereka kecewa berat. Bagi pembenci Jokowi, mereka akan semakin nekat dan kebablasan. Maka lahirlah kelompok gila-gilaan semacam Saracen, dan ada dua group lagi yang terkait erat dengan parpol namun sangat rapi. Yang seporadis ratusan.
Yang besar seperti Buni Yani pun kini akan menikmati kehidupan yang nyaman. Lepas dari jerat hukum. Demikian pula Rizieq FPI yang jelas mengampanyekan Syariat Islam, khilafah yang tidak sesuai dengan NKRI dan Pancasila.
Pendanaan Mafia
Pemesan konten SARA – tentu dapat dilacak dan diterlusuri oleh Polri dan PPATK – adalah para mafia yang hebat. Saracen dan pemesan Saracen bukanlah manusia tolol atau bodoh yang layak diberi hadiah. Dengan uang yang Rp. 2,000 triliun yang dikuasai oleh mafia, koruptor, teroris dan politikus semprul, semua hal yang menjurus pada oposisi, kebencian terhadap Jokowi, dan orang benar seperti Ahok, Dedi Mulyadi, dan lain-lain dengan mudah dapat dilakukan.
Kelompok itu memberikan pendanaan aktivitas demo-demo bayaran, pelarian Rizieq dan 18 anggota geng-nya, dan kasihan Firza Hussein tidak diajak menikmati panasnya hawa nafsu, eh hawa atau udara Arab sana, dengan mudah dikucurkan seperti air mengalir sampai jauh akhirnya ke Arab.
Demo sebenarnya adalah bisnis FUI, GNPF yang mengumpulkan dana dari masyarakat. Padahal cukong besar di balik pendanaan itu tentu terkait dengan pentolan mafia, koruptor, politikus semprul dan bahkan jaringan teroris. Polri dan PPATK mengantongi aliran dana ini dengan jelas. Kasus pencucian uang melibatkan pentolan GNPF.
Tegas dan Jangan Terkecoh
Dampak pembiaran dan pemaafan yang tidak pada tempatnya oleh Polri dan Jokowi telah memakan korban. Korban terbesar adalah Ahok (dan warga DKI yang mulai Oktober 2017 akan berpesta dengan maraknya pedagang bebas di jalanan trotoar Jakarta. Sweeping atas nama ormas akan hidup kembali. Parkir liar dengan kerusakan sebagai alasan pungli akan muncul.
Dengan strategi pembiaran dan tindakan soft atas pelanggar hukum Obor Rakyat, dengan kegagalan menangkap aktor dan mafia Riza Chalid, pengampunan, maka menghasilkan organisasi penyedia SARA dan pemesannya yang marak. Yang sporadis pun banyak. Padahal dampak nyata telah jelas: merusak dan mengancam keutuhan NKRI, mendorong intoleransi, segregasi dan keresahan di masyarakat.
Polri janganlah terkecoh dengan keculunan palsu Jasriadi Yadi, Sri Rahayu Ningsih, Rizal Tenong, atau bahkan pembelaaan berapi-api penolakan Eggi Sudjana dipanggi Polri. Eggi Sudjana kalau perlu paksa dia dipanggil.
Kuliti aliran dana dari pelanggan Saracen yang terkait dengan konten yang dipesan. Selidiki arah ke partai dan ormas serta individu dan mafia yang membiayai.
Gagal di sini maka Jokowi dan NKRI bisa melongo menonton kekalahan Dedi Mulyadi, Ahok, dan bisa juga Jokowi, karena Jokowi dan Polri salah menangani penjahat dan kriminal seperti mastermind Saracen. Dan relakah ataukah kita akan mendapatkan your future leaders seperti ilustrasi di atas? Mau? Silakan. Salam bahagia ala saya.
sumber : itusalah.com/1581-oknum-di-belakang-saracen-adalah-ancaman-jokowi-di-pilpres-2019.html
Komentar
Posting Komentar