Berteman Dengan Mantan Adalah Bukti Kedewasaan. Ini 6 Alasan Untuk Menjalin Hubungan Positif Dengan Mantan
Jadi, banyak yang bilang begini:
Namanya juga hubungan. Kalau udah putus, ya udah — putus aja. Kalau masih berteman ‘kan bukan putus hubungan namanya?
Memang
sih, berteman dengan mantan bukan pekerjaan mudah. Jauh lebih gampang
buat nggak kontak-kontakan dengan mantan selamanya dan cukup tahu kabarnya lewat stalking online saja.
Padahal kalau mau berpikir lebih jernih, menjalin hubungan baik dengan
mantan ada banyak sisi positifnya. Sisi positif ini membuat usaha yang
harus kita keluarkan untuk kembali berteman dengan mantan jadi sangat
sepadan.
Yang bilang berteman dengan mantan itu gak mungkin
adalah golongan pemuda yang merugi. Ada banyak hal yang bisa kamu tuai
andai kamu cukup dewasa buat gak baper sana-sini. Butuh diyakinkan lagi?
Fine, ini 7 penjabaran lebih lanjut kenapa kamu nggak perlu gengsi buat berteman dengan mantan.
1. Sekali peduli, mustahil berhenti sama sekali. Daripada denial, bukankah lebih baik kepedulianmu diarahkan untuk membangun pertemanan?
Sekali punya perasaan peduli pada seseorang, nggak mungkin perasaan
itu dilenyapkan. Bagaimanapun, orang itu sudah pernah jadi begitu
berarti buat kamu. Orang itu juga yang berperan membentukmu jadi
pribadi seperti sekarang ini. Pada orang yang pernah seberjasa itu di
hidupmu, gimana caranya kamu berhenti peduli?
Catatan: peduli sama
mantan bukan berarti diam-diam berharap balikan. “Peduli” artinya
simpel saja: kamu ingin hidupnya bersih dari malapetaka. Kamu ingin dia
tak menyerah pada ujian yang sewaktu-waktu bisa tiba. Dan kalau
diminta, kamu bersedia membantu sebisanya agar dia selalu baik-baik
saja.
Nggak tahu sih apa pendapatmu soal poin ini. Tapi akuilah: bukankah ini terdengar seperti resep menjadi teman yang baik?
2. Mantan mengerti kamu luar-dalam. Dia tahu sisi-sisi yang bahkan gak pernah kamu tampakkan di depan teman. Yakin orang begini mau “dibuang”?
Sudah
berapa banyak pengalaman suka-duka yang kamu punya bersamanya? Gak
peduli akhirnya bagaimana, kamu toh pernah menjalin hubungan yang sangat
dekat dengannya. Dia orang yang paling tahu sisi luar-dalammu. Hal-hal
yang nggak kamu tampakkan ke orang lain, buat dia sudah bukan rahasia.
Karena
mengerti kamu dari segala sisi, dia kandidat terbaik untuk ditanyai.
Kira-kira menurutnya, cocok nggak ya kalau kamu ambil tawaran pekerjaan
yang ini? Menurut dia, kamu bakal bisa beradaptasi nggak ya kalau pindah
ke kota ini? Tanpa sadar, setelah tak lagi jadi pasangan kamu sudah
punya sahabat secara instan.
3. Kalian berdua masih satu dunia. Kalau harus bertemu lagi sebelum “sepakat untuk baik-baik saja”, gimana?
Mau
putus atau tidak, kalian berdua masih ada di satu dunia. Karena ini,
peluangmu untuk bertemu dia lagi begitu terbuka. Jadi bukankah lebih
nyaman kalau kalian membangun hubungan baik saja?
Apalagi kalau
kalian bertemu sebagai relasi kerja. Dunia kerja tidak akan peduli pada
“kenangan” yang pernah kalian punya. Saat masih ada kecanggungan
antara kamu dan dia, jangan kaget saat kinerjamu terganggu. Sebaliknya,
ketika kamu bertemu dengannya sebagai teman dekat, maka pekerjaanmu
akan berjalan lancar dan mungkin saja kariermu akan terbantu olehnya.
Satu
hal yang perlu diingat adalah dia mengerti jalan hidup yang kamu
inginkan. Bukan tak mungkin bahwa dialah yang nanti menghubungkanmu
dengan peluang kerja yang kamu cita-citakan. Tentu saja ini tidak
terjadi sembarangan. Ini bisa terjadi dengan satu catatan: kamu
berteman baik dengannya.
4. Pertemanan yang baik dengan mantan adalah tanda kedewasaan. Kalian berdua bukan anak kecil yang jadi pecundang di depan perasaan
Sudah
bukan zamannya lagi untuk menjalani siklus pacaran-putus-musuhan.
Semakin dewasa, maka kamu akan melihat sebuah hubungan lebih dari
sekadar itu. Pacaran-putus-temanan menunjukkan kedewasaan. Dengan bisa
berteman, kamu membuktikan bahwa kamu bukan budak yang lemah di depan
perasaan.
5. Sudah saatnya berdamai dengan dirimu sendiri. Katanya mau jadi lebih baik lagi?
Belajar
berteman baik dengan pacar adalah proses berdamai dengan diri sendiri.
Pada tahap ini kamu belajar untuk mengelola perasaan dan mengusahakan
kebaikan masa depan. Tentu saja, di awal putus, kamu akan sangat
emosional. Gak cuma nyesek, kamu juga merasakan segumpal sesal dan
kemarahan.
Seiring kamu mampu mengontrol ego dengan baik, hatimu
jadi semakin lapang. Yang tadinya terlihat gak masuk akal (seperti
menjalin pertemanan), jadi skenario yang menarik ketika kamu sudah move on dan melupakan semua kekecewaan. Udah saatnya, Bung. Turn mistakes into gold!
6. Kalian memulai hubungan dengan baik-baik. Justru gak masuk akal untuk menolak “mengakhirinya” dengan baik-baik.
Ada
banyak harapan yang pernah kamu pasang dengan mantanmu. Meskipun ada
banyak juga ketidakcocokan yang berujung pada berakhirnya hubungan.
Tapi bukankah niat baik untuk menjalin hubungan itu pernah ada? Justru
gak masuk akal ketika sekarang kamu mengkhianatinya.
Berteman
dengan mantan bukan kemustahilan. Yang kamu butuhkan hanyalah
kedewasaan. Di akhir hari, dia tetaplah individu hebat yang pernah
bikin kamu jatuh hati. Fakta ini gak akan berubah, meskipun kamu nggak
memilikinya lagi.
Semoga 6 alasan ini dapat membantumu sebagai
pertimbangan untuk menjalin hubungan pertemanan dengan mantan. Tidak
perlu buru-buru. Nikmati prosesmu supaya dirimu bisa menerima dengan
lapang dada segala kenangan dan kekecewaan bersama mantan, kemudian
mengubahnya menjadi semangat pertemanan yang tak akan berakhir. Semoga
berhasil!
Komentar
Posting Komentar