Minta dibagi tapi tidak mau membagi. 25 gereja ditutup di Cilegon oleh ormas Islam yang didukung Pemda Cilegon
Ada kabar 25 gereja ditutup di Cilegon oleh ormas Islam yang didukung Pemda Cilegon. Targetnya tidak main-main. TIdak boleh ada gereja di kota ini. Yang Kristen harus beribadah di Serang. Itupun jumlah gereja dibatasi. Alasannya tidak masuk akal yakni menegakkan wasiat para ulama agar jangan ada gereja di Cilegon. Uniknya, mereka yang melarang itu berujar ini semua berdasarkan kebhinekaan dan Pancasila.
Sebagaimana dikutip fakta banten bulan Juli 2017(http://faktabanten.co.id/
“Wasiat para ulama meminta agar di Cilegon tidak boleh ada Gereja yang kemudian terbitlah SK Gubernur yang melarang adanya gereja dan hanya dibolehkan di Serang, dengan maksud agar terpusat di satu tempat saja, yang seharusnya pada saat Kota Cilegon sudah terpisah dari Serang dan menjadi Pemerintahan Kota Cilegon, harusnya segera mengukuhkannya dengan Perda yang tentunya dengan kajian-kajian terlebih dahulu,” ungkapnya.
Dia kemudian mengatakan, “Saya tentu sadar bahwa negara kita adalah negara yang berlandaskan pada Pancasila, saya sangat menghargai adanya perbedaan agama yang tentunya itu sudah menjadi konsekwensi, namun kembali implementasinya kepada masyarakat yang secara mayoritas adalah muslim, apakah iya masyarakat akan mengizinkan rumah ibadah lain berada di tengah-tengah masyarakatnya, dan tentunya sulit akan mengizinkannya, karena dianggap menggangu keyakinan masyarakat Islam,”
Tambahnya, “Bukan melarang hanya mohon maaf untuk rumah ibadah non mulsim sudah dipersiapkan di Serang bahkan sudah ada izin resmi, di Serang tidak ada yang mengganggu, itu adalah bukti bahwa rumusan Pancasila itu ada, hanya sekali lagi maaf silahkan di Serang saja, sebab kalau disini akan sangat mengganggu."
Tirani mayoritas di Cilegon yang diwakili pandangan cupet Bahri ini berpotensi memicu aksi balas di daerah mayoritas Non Muslim, jika tidak ada campur tangan pemerintah pusat. Bisa saja masjid-masjid ditutup dengan alasan yang sama dengan ucapan Bahri itu. Jika terjadi, pasti banyak yang tiba-tiba menjadi sumbu pendek dan keluar segenap cacian dan sumpah serapah.
Sebagai Muslim, saya prihatin dengan kejadian di Cilegon yang kelakuan para pemuka Islam dan Pemerintah Daerah yang sangat jauh dari perilaku toleran Nabi Muhammad SAW.
Munafiknya lagi, mereka menikmati berkah ekonomi dari aneka perusahaan di Cilegon yang sebagian besar milik non Muslim yang setiap Lebaran juga membagikan sarung 35 ribuan. Mereka pasti sengsara jika perusahaan itu hengkang dari Cilegon. Atau secara terselubung mereka melakukan aksi balasan dengan menindas habis karyawan Muslim hingga tetap miskin sebagai buruh gurem yang bergantung recehan belas kasihan mereka.
Kejadian ini menegaskan kita semua bahwa Indonesia bukan negara Islam. Indonesia bukan milik umat Islam tapi juga milik umat lainnya. Dan kita tolak keras kemunafikan akut berselimutkan agama.
Minta dibagi tapi tidak mau membagi.
Komentar
Posting Komentar