Ira Oemar, Penghina Presiden Jokowi, Dilaporkan Ke Polisi, Kini Panik Jualan Nama Allah dan Ukhuwah Segala



Ira Oemar, penulis sekaligus aktivis media sosial, dilaporkan ke Polisi oleh Gerakan Pemuda Jokowi karena menyebarkan Hoax dan ujaran kebencian kepada pemerintahan Presiden Jokowi

Gerakan Pemuda Jokowi akhirnya melaporkan Ira Oemar, penulis sekaligus aktivis media sosial  ke Polisi karena menyebarkan Hoax dan kebencian kepada pemerintahan Presiden Jokowi melalui tulisan-tulisannya di Facebook miliknya.

Ira Oemar dilaporkan ke Polisi untuk memberikan pembelajaran hukum dan efek jera bagi dirinya yang kerap menebarkan kebencian dan Hoax dengan tujuan untuk menjatuhkan pemerintahan yang sah dan konstitusional.
“Ini bukan sikap diktator atau anti kritik, tetapi penegakan hukum,” ujar Koordinator Pemuda Jokowi, Hendra Suseno Wijaya. Presiden Jokowi sangat terbuka terhadap kritik dan harapannya memberikan solusi. “Yang terjadi saat ini bukan kritik, tetapi menghina Presiden Jokowi dan menyebarkan hoax,” ujar Hendra.
Setelah saya meluncur ke Facebooknya Ira Oemar ini betapa aura kebencian itu begitu kental terasa. Semua tulisan-tulisannya bukan kategori kritik ke pemerintah, akan tetapi ujaran kebencian yang teeamat sangat terhadap Presiden Jokowi dan pemerintahannya.
Menilik dari tulisan-tulisannya, Ira Oemar ini adalah penulis yang cerdas. Mulai dari struktur menulisnya, alir dan diksi, sengaja dia tampilkan untuk menggiring para pembacanha ke arah provokask yang terselubung.
Tidak seperti para pembenci Presiden Jokowi lainnya yang ditangkap karena melakukan penghinaan terhadap Presiden Jokowi karena memiliki otak setengah ons dengan kadar IQ level Pentium 1, Ira Oemar inj adalah penulis cerdas, yaitu cerdas memanipulasi kata untuk memprovokasi para pembacanya.
Setelah dilaporkan Gerakan Pemuda Jokowi ke Polisi, baru dia mewek-mewek pakai acara jualan nama Allah dan Ukhuwah segala. Sebelumnya kemana?
MASYAA ALLAH…, UKHUWAH ITU MEMBUAT HAMBA MALU  YA ALLAH! 
====================
Dalam dua hari ini banyak hal yang membuat saya terkesima dan takjub, hingga hanya bisa istighfar dan bersyukur. Bukan soal berita pelaporan yang sempat ramai di linimasa facebook, tapi reaksi yang terjadi pasca link berita itu muncul.
Saya sendiri sedang sibuk dengan pekerjaan rutin ketika di grup WA dan inbox messenger FB ada yang mengirimkan link berita tersebut. Dan seperti aliran air,  bertubi-tubi inbox masuk setelah itu. Hanya selang 20 menitan sejak link berita itu saya terima, sudah ada telepon masuk yang belum saya kenali nomornya. Ternyata dari seorang pengacara yang menawarkan bantuan pendampingan hukum jika saya membutuhkan. Masyaa Allah…,  Alhamdulillah ya Allah, telah Engkau kirim pertolonganMu. 
Dan setelah itu, sepanjang siang hingga sore saya disibukkan membalas puluhan inbox yang masuk di messenger saya dan WA. kepedulian sahabat-sahabat FB luar biasa. Bahkan yang membuat saya heran sekaligus haru, yang berkirim inbox bukan hanya FBers yang biasa berinteraksi dengan saya di kolom komentar dari status-status saya. Sebagian dari mereka justru jarang saya lihat berkomentar. Ya mungkin saja silent reader yang hanya menyinggahkan jempolnya.
Bahkan ada pula akun-akun yang belum berteman dengan saya,  sehingga untuk masuk ke messenger perlu otorisasi dari saya dulu. Banyak diantara mereka yang sebenarnya sudah meminta pertemanan namun tidak bisa di accept karena kuota sudah full.
Bahkan ada seorang Ibu yang dari fotonya saya taksir usianya 50an tahun,  beliau bilang selama ini tidak pernah berkomentar,  hanya silent reader,  tapi kali ini ikut gregetan. Beliau belum berteman dengan saya di FB. Masyaa Allah… 
Saya sendiri tergabung dalam beberapa grup WA, diantaranya ada grup WA “wajib” seperti grup WA alumni SD,  SMP,  SMA dan teman kuliah seangkatan. Sehari-hari saya kerap melewatkan begitu saja obrolan di grup WA,  karena kesibukan saya. Jadi bisa dibilang saya member non aktif,  hanya dimasukkan saja, tapi tak pernah berkomentar. Kalau ada kabar reuni,  barulah saya dijapri oleh salah satu teman. 
Nah, sepanjang Selasa kemarin saya pun seperti hari-hari sebelumnya, tak sempat membuka grup WA. Baru kemarin siang saat hendak makan siang,  saya buka grup WA alumni SD saya, niatnya mau clear chat karena message sudah menumpuk. 
Iseng saya baca beberapa message terakhir,  ternyata ada teman yang mengkhawatirkan keadaan saya. 
Mau tak mau saya harus nimbrung obrolan itu,  agar mereka tenang saja, saya baik-baik saja. 
Kata salah satu teman (sebut saja namanya Melati),  dia ngobrol di telepon dengan teman SMP saya (anggaplah namanya Bagus) yang kebetulan satu SMA dengan Melati, si Bagus ini sampai menangis saking sedihnya membaca kabar tentang diri saya.
Masyaa Allah…haru… 
Saya minta nomor HP si Bagus,  karena saya sendiri tak punya kontaknya,  maklum sudah bertahun-tahun kami tidak berkomunikasi langsung. Memang sesekali si Bagus terlihat berkomentar di status saya,  namun itupun jarang sekali. 
Saya pikir si Bagus harus saya japri agar dia yakin saya baik-baik saja. 
Rabu petang, teman SMP saya yang lain japri saya di WA. Intinya sama : menanyakan kabar saya dan menyampaikan pesan teman-teman di grup WA alumni SMP. Bahkan ada WA teman yang dia copas,  katanya teman tersebut siap menghubungi teman-temannya aktivis di Jakarta untuk membantu saya. 
Masyaa Allah…, sekali lagi saya dibuat surprised dan haru dengan kepedulian mereka. 
Kemarin pagi, saya juga menerima telepon dari salah satu sahabat FB, dia cerita dirinya hari Selasa petang sudah berkoordinasi dengan pengacara dari GNPF MUI dan Bang Japar (Kebangkitan Jawara dan Pengacara) untuk membantu saya. 
Jika saya bersedia, saya tinggal hubungi nomor HP nya. 
Subhanallaah…,  Gusti ALLAH mboten sare,  kata wong Jowo. 
Dan dini hari ini, bersamaan dengan bunyi alarm tahajjud, ada inbox masuk. Seorang sahabat FB menyampaikan pesan bahwa dia sudah menghubungi FPI, yang siap juga bantu saya. “Ini nomor kontaknya Bun, silakan Bunda hubungi,  sampaikan bahwa Bunda dapat dari Ustadz Fulan.” 
Masya Allah, Subhanallaah…, sekali lagi saya speechless melihat dan merasakan langsung ukhuwah yang begitu kuat dari sesama Muslim yang meskipun mereka dan saya tidak saling mengenal sama sekali,  tapi kepeduliannya begitu besar. 
Ada pula teman yang kirim WA, katanya teman SMP,  SMA dan teman semasa kuliahnya pada ikut mendoakan saya, meski mereka tidak kenal saya, karena kami sesama “alumni 212”. Subhanallah, ghirah dan ukhuwah sudah menyatu dalam diri kami. 
Ada beberapa inbox dari Emak-emak medsos,  yang isinya membuat saya haru. Mereka bilang sangat mengkhawatirkan keadaan saya, posisi domisilinya jauh, tapi ingin bisa membantu saya. Intinya apa yang bisa dia dan keluarganya lakukan untuk saya, agar bisa membantu. Ma syaa Allah… Lagi-lagi perasaan saya seperti diaduk-aduk.
Ada juga yang WA menyampaikan pesan dari teman-teman FBers lainnya, intinya siap untuk menggalang bantuan dana jika saya membutuhkan. Ma syaa Allah…., Subhanallaah begitu besar pemeliharaanMU, ya Allah! 
Dalam kesulitan kecil Engkau perlihatkan begitu banyaaak sekali kemudahan… hiks….
Saya malu sekali pada Allah, karena teringat betapa sering saya sedikit “melupakan” Allah disaat lapang, padahal Allah membersamai saya disaat sempit. 
Pada akhirnya, justru reaksi para nettizen dan sahabat-sahabat (baik di dunia kaya maupun nyata) yang lebih mendominasi pikiran dan perasaan  saya. Soal aduan itu tidak terlalu merisaukan saya, karena memang inilah resiko perjuangan. 
LAA TAHZAN!!!  INNALLAAHA MA’ANA. 
JANGAN TAKUT,  DON’T WORRY,  ALLAH BERSAMA KITA. 
Selama keyakinan bahwa Allah membersamai kita dalam keadaan lapang maupun sempit, adakah yang perlu dikhawatirkan??! 
Jujur saja, sejak kejadian pembacokan yang menimpa Pak Herman Sya, saya jadi berpikir bahwa hal terburuk bisa saja menimpa siapa pun aktivis yang kritis, di jaman yang serba terbalik ini. Bahkan seandainya anda tidak bersalah sekalipun, tetap bisa dibidik jika anda dianggap “membahayakan”. 
Premanisme ala Iwan Bopeng sedang eksis. Iwan Bopeng bak the untouchable. Para pembacok sedang mendapatkan panggungnya. Penyiram air keras tak terjamah. Ini tanda bahwa tidak ada yang bisa merasa aman jika anda berada di posisi yang tidak dikehendaki. Seolah semua harus berada di barisan yang sama. 
Musibah dan petaka bisa menimpa siapa saja dan dimana saja. Dan jika Allah ijinkan semua itu menimpa, maka tak akan ada yang bisa menghindar. Karenanya, memohon perlindungan dan pemeliharaan Allah adalah yang terbaik. 
Katakanlah musibah menimpa, tapi jika Allah masih memelihara kita, maka akan selamat. Seperti halnya pak Herman Sya yang dibacok berkali-kali di titik yang vital dan mematikan, tapi karena Allah masih memeliharanya, maka beliau bisa sehat kembali bahkan hadir di acara milad FPI. 
Pun juga demikian ketika kita dilaporkan pada pemegang kekuasaan dan aparaturnya, maka sebaik-baik cara menghadapinya adalah melapor kepada Sang Pemilik Kekuasaan.
Ibaratnya seorang sopir, dia hanya memegang kunci mobil, tetapi bukan pemilik mobil. Pemilik mobillah yang lebih berkuasa. Kunci mobil bisa sewaktu-waktu diambil oleh sang pemilik mobil.
Pemegang kekuasaan bisa silih berganti, sesuai janji Allah, Dia akan mempergilirkan kejayaan dan kekuasaan.
Di dunia ini tidak ada keadilan, sebab keadilan sejati hanya ada di hari akhir kelak, dihadapan Sang Pengadil. 
Mantan boss saya pernah berpesan “Keadilan dunia itu hampir tidak ada Ira. Tapi pesan saya, jadi apapun kamu, jangan sampai menjadi kepanjangan tangan dari KETIDAK-ADILAN dunia.”
Nasehat yang sudah “usang” 20 tahun lalu itu,  masih saya ingat sampai sekarang.
*** *** ***
Setidaknya ada 2 hal yang membuat saya takjub. Pertama ketika saya melihat dan merasakan sendiri bagaimana “ghirah” yang menyatukan 7 juta orang di Monas dan sekitarnya pada Aksi 212. Datang dari berbagai penjuru tanah air,  dengan biaya sendiri, memesan hotel sendiri, saling berbagi makanan dan minuman, semua tumpah ruah dengan perasaan yang sama, meski tak saling mengenal. Bagaimana para ulama besar memuliakan jamaah dengan menyiapkan tempat khusus di shaf depan bagi para santri muda remaja yang berjalan kaki dari Ciamis. 
Hari itu, saya paham betul makna GHIRAH.
Yang kedua, apa yang terjadi 2 hari ini. Saya jadi mengerti sepenuhnya apa itu UKHUWAH ISLAMIYAH dan kekuatan SILATURAHMI. Itu sebabnya Rasulullah Muhammad SAW mengatakan “Silaturahmi memperluas rejeki”.
Saya bersyukur tak terhingga pada Allah, diberi kesempatan mengalami semua ini. 
Saya jadi MALU HATI menerima semua kebaikan hati, perhatian, dukungan moril dan doa tulus ikhlas dari semua sahabat saya. Baik yang mengenal saya langsung maupun yang hanya mengenal di dunia maya. 
Semoga semua makna ukhuwah ini akan mengokohkan keistiqomahan saya, semoga selalu jadi pengingat bagi diri saya agar JANGAN PERNAH MENGKHIANATI perjuangan kita bersama. 
Setiap kita memiliki peran dalam perjuangan ini. Jika salah satu dari kita ditakdirkan jadi “martir”, semoga bisa menjalani dengan ikhlas sambil tetap percaya bahwa pertolongan Allah sudah dekat. 
Kalau pun harus yang terburuk terjadi,  setidaknya akhir dari kiprah kita bukan sedang dalam barisan membela penista agama, atau sedang menghinakan ulama, atau sedang mencibir agama Allah dan mengejek saudaranya seiman yang sedang memperjuangkan eksistensi agamanya.
Perjalanan mungkin masih panjang. Mari asah terus ghirah kita dan pupuk terus ukhuwah kita. Sekali lagi terima kasih yang tak terhingga kepada semuanya yang tidak mungkin saya sebutkan satu persatu. Terutama kepada Barisan Emak-emak Militan, saya bangga menjadi bagian dari sahabat kalian semua. 
Wassalamu’alaikum Wr. Wb. 
24 Agustus 2017,
Iramawati Oemar
Sekalipun jualan nama Allah dan jualan nama FPI aegala, memangnya bisa bebas dari jeratan proses hukum? Setiap laporan yang masuk ke Polisi tentu saja akan diproses oleh pihak Kepolisian apakah memenuhi unsur pidana atau tidak dengan melibatkan ahli bahasa dan lain sebagainya. Ini sudah protap Kepolisian, jadi jangan mengada-ada dengan bawa-bawa nama Allah segala.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAPOK ...SENJATA MAKAN TUAN...!!! BEGAL TEWAS KENA SENJATA SENDIRI SAAT SEDANG BERAKSI MENGEJAR KORBANYA....

ASTAGFIRULLAH...!!! Masih Ingat Dengan Artis Cantik Asmirandah yang Resmi Murtad? Mengejutkan!! Ini Nasibnya Sekarang

Sosok Kopilot Cantik yang Shalat di Pesawat Ternyata Mantan Kontestan Indonesian Idol?