Sekalipun Berkinerja Buruk, Anies-Sandi Tetap Diberitakan Baik
Gubernur DKI Jakarta untuk periode 2017-2022 akan dipimpin oleh Anies-Sandi, walau kemenangan ini masih versi hasil hitungan cepat, namun 95 persen hasil ini dipastikan tidak akan berubah menurut rekapitulasi perhitungan KPU DKI nanti. Perbedaan suara yang cukup besar sulit mengharapkan adanya perubahan di perhitungan resminya nanti.
Pilkada DKI sejujurnya sudah menjadi kompetensi yang sengit yang menghadirkan dua kubu yang saling berlawanan. Masing-masing pendukung saling menjagokan para jagoannya, tak heran keadaan ini sempat membuat rakyat DKI seperti terbelah hanya karena sebuah pesta demokrasi.
Saatnya kita kembali bersatu, kekalahan Ahok-Djarot bukan berarti kehidupan Jakarta berhenti, begitupun kemenangan Anies-Sandi bukan berarti poros kehidupan kelam dan tak berjalan. Kita sepakat untuk bersatu, bahwa kita negara demokrasi yang sudah cukup matang diusia yang terbilang cukup tua, 72 tahun.
Siap kalah, siap menang, kita sepakat mengawal pemerintahan DKI dibawah komando Gubernur yang baru. Dan kita juga harus jujur standar pemerintahan dan birokrasi sudah dinaikkan oleh Ahok, jadi ini bukan pekerjaan yang mudah sebenarnya bagi Anies-Sandi.
Sangat gampang untuk membandingkan kinerja antara Gubernur Anies dengan Gubernur Ahok. Perhatikan saja, jika kali-kali itu kembali kotor dan berbau, sudah bisa dipastikan Gubernur Anies gagal dalam menata kebersihan Jakarta, sebagaimana gigihnya Ahok menjadikan Jakarta sebagai Ibu Kota yang bersih. Perhatikan saja, birokrasi dan pelayanan di setiap kecamatan, apakah mereka masih melayani dengan tepat waktu atau justru sebaliknya, molor dibawah pemerintahan Anies-Sandi. Lihat saja, apakah PNS benar-benar bekerja atau justru malas-malasan. Banyak lagi patokan yang bisa kita jadikan sebagai tolak ukur apakah Anies lebih baik dari Ahok atau justru sebaliknya, lebih buruk. Itu hanya contoh kecil saja
Pantau saja titik banjir di DKI, apakah Anies berhasil mengatasi kebanjiran atau justru sebaliknya, titik banjir semakin bertambah. Begitu gampang, tugas kita hanya memantau dan menilai. Walaupun tugas kita hanya memantau dan kelihatannya sangat mudah, namun ini sebenarnya pekerjaan yang sangat sulit.
Kenapa sulit?
Banyak orang yang tidak menyadari hal ini, kita lihat sosok-sosok dibelakang Anies-Sandi. Disana ada nama beken dengan reputasi yang cukup disegani di negeri ini. Sebut saja, nama Hary Tanoe pemilik MNC Grup, salah satu pemegang media terbesar di republik ini, dan Bakrie Grup yang menguasai ANTV dan TV One. Media-media diatas adalah media yang condong kepada para penguasa yang memiliki ambisi untuk menguasai negeri ini dan mengorek keuntugan yang sebesar-besarnya dari negeri yang terkenal dengan sebutan seribu pulau ini.
Apa hubungannya dengan memantau kinerja Anies-Sandi?
Jelas ini sangat berhubungan, setiap kinerja yang buruk dari Gubernur Anies-Sandi akan selalu diberitakan dengan baik. Percayalah jika banjir terjadi, para media diatas melakukan konspirasi untuk memoles berita tersebut dan memutarnya dari fakta yang terjadi dilapangan. Bisa saja nanti mereka mengatakan kemajuan terjadi di Jakarta hanya dalam masa dua tahun pemerintahan Gubernur Anies-Sandi, namun di televisi yang berbeda justrukKemorosotan dan naiknya angka kemiskinan di Jakarta yang terus disoroti.
Ini bukan hanya isapan jempol semata, lihat saja semasa waktu kampanye ini, begitu masifnya MNC Grup memoles berita untuk menaikkan citra Anies dan Sandi, bandingkan jika mereka memberitakan Ahok yang sebenarnya tidak memihak siapa-siapa, namun justru terkesan dipojokkan oleh MNC Grup dan Bakrie Grup. Mereka melakukan fitnah secara terstruktur dan begitu masifnya.
Rakyat harus bijak?
Perkembangan teknologi yang semakin canggih memang memudahkan kita untuk menemukan sebuah informasi yang cepat. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan teknologi juga membuat berita hoax cepat mengalir tak terbendudng. Satu-satunya cara rakyat harus bijak dalam memfilter setiap berita yang masuk. Jangan langsung ditelan, jika berita itu manis dan enak didengar dan jangan langsung dimuntahkan jika berita itu terasa pahit dan membosankan.
Konspirasi ini sudah mereka rancang untuk sebuah ambisi yang jauh lebih besar. Mereka memulainya dari media, kemudian kursi DKI 1, selanjutnya ambisi untuk merebut RI 1. Orang-orang dibelakang Anies yang dicurigai sebagai pemasok dana demo berjilid tiga angka secara berturut-turut adalah orang-orang dengan ambisi untuk membawa kita kembali ke jaman kebusukan orba. Lihat saja diktator Tommy Soeharto yang ngebet ingin berkuasa, Prabowo yang begitu nafsu untuk menyingkirkan Jokowi, Anies yang juga ingin mencicipi kursi RI 1, dan Harry Tanoe yang sudah menyiapkan jaringannya termasuk merangkul Donald Trump untuk memuluskan langkahnya dalam sebuah ambisi kotor. Mereka satu tujuan dengan ambisi yang menjijikan.
Begitulah Kura-Kura
Komentar
Posting Komentar