Viral!! Siapa sebenarnya etnis Rohingya dan Enam hal lain yang harus Anda ketahui
BBC Indonesia mengumpulkan
pertanyaan Anda soal krisis kemanusiaan di negara bagian Rakhine,
Myanmar, yang menyebabkan sekitar 87.000 umat Muslim Rohingya mengungsi
ke Bangladesh untuk menyelamatkan diri dari kekerasan.
Kami
menerima lebih dari 200 pertanyaan dari pembaca tentang apa yang kini
tengah terjadi di Myanmar. Kami pilih tujuh pertanyaan yang sering
diajukan, dan berikut ini adalah jawabannya.Bagaimana awal mula permasalahan etnis Rohingya dan latar belakang terjadinya konflik?
Sejak lebih dari sepekan lalu, kekerasan terbaru meletus di negara bagian Rakhine, Myanmar, yang banyak dihuni Muslim Rohingya.
Gelombang kekerasan baru ini menandai eskalasi dramatis sejak Oktober 2016 lalu ketika milisi Rohingya melakukan serangan dengan skala yang lebih kecil.
Para pengungsi menuduh aparat keamanan Myanmar dan kelompok militan radikal Buddha membakar desa-desa mereka.
Pemerintah Myanmar berdalih, pasukan keamanan mereka sekadar mengambil langkah balasan terhadap serangan bulan lalu terhadap lebih dari 20 pos polisi oleh milisi Rohingya.
Bentrokan susulan sesudah itu membuat banyak warga sipil baik Islam maupun Buddha, lari menyelamatkan diri dari desa-desa mereka.
Setelah serangan milisi pada bulan Oktober 2016, militer melakukan operasi pembalasan yang keras, dan banyak warga Rohingya menuduh bahwa dalam operasi itu pasukan keamanan melakukan pemerkosaan, pembunuhan, pembakaran desa dan penyiksaan.
PBB sudah menyebut serangan balasan dari militer terhadap etnis Rohingya pada Oktober lalu sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan.
Militer Myanmar mengatakan mereka sebisa mungkin akan menahan diri tapi juga menegaskan 'punya hak untuk membela diri dari serangan-serangan teroris'.
PBB mendefinisikan Rohingya sebagai minoritas agama dan bahasa dari Myanmar barat dan bahwa Rohingya adalah salah satu dari minoritas yang paling dipersekusi atau paling mendapat perlakuan buruk di dunia.
Namun asal kata Rohingya, dan bagaimana mereka muncul di Myanmar, menjadi isu kontroversial. Sebagian sejarawan mengatakan kelompok ini sudah berasal dari ratusan tahun lalu dan lainnya mengatakan mereka baru muncul sebagai kekuatan identitas dalam seabad terakhir.
Pemerintah Myanmar berkeras bahwa mereka adalah pendatang baru dari subkontinen India, sehingga konstitusi negara itu tidak memasukkan mereka dalam kelompok masyarakat adat yang berhak mendapat kewarganegaraan.
Mereka tinggal di salah satu negara bagian termiskin di Myanmar, dan gerakan dan akses mereka terhadap pekerjaan sangat dibatasi.
Secara historis, mayoritas penduduk Rakhine membenci kehadiran Rohingya yang mereka pandang sebagai pemeluk Islam dari negara lain dan ada kebencian meluas terhadap Rohingya di Myanmar.
Di sisi lain, penduduk Rohingya merasa bahwa mereka adalah bagian dari Myanmar dan mengklaim mengalami persekusi oleh negara. Negara tetangga Bangladesh sudah menerima ratusan ribu pengungsi dari Myanmar dan tak mampu lagi menampung mereka.
Banyak warga Rohingya yang tinggal di kamp penampungan sementara setelah dipaksa keluar dari desa mereka oleh gelombang kekerasan komunal yang menyapu Rakhine pada tahun 2012.
Apa bantuan yang diberikan Indonesia terhadap muslim Rohingya?
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi sudah bertemu dengan Aung San Suu Kyi untuk membicarakan upaya penyelesaian masalah Rohingya. Dalam pertemuan tersebut, Menlu menyerahkan Formula 4+1, yang isinya:
- Mengembalikan stabilitas dan keamanan
- Menahan diri secara maksimal dan tidak menggunakan kekerasan
- Perlindungan kepada semua orang yang berada di negara bagian Rakhine, tanpa memandang suku dan agama
- Pentingnya segera dibuka akses untuk bantuan keamanan
"Empat elemen pertama merupakan elemen utama yang harus segera dilakukan agar krisis kemanusian dan keamanan tidak semakin memburuk," jelas Menlu RI.
Apa langkah tegas PBB dalam menyikapi konflik inidan solusi agar warga Rohingya bisa hidup dengan baik dan tidak merasa hidupnya terancam?
Pelapor khusus PBB soal hak asasi manusia untuk Myanmar, Yanghee Lee, sudah mengkritik pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi, karena gagal melindungi minoritas Muslim Rohingya.
Menurut Yanghee Lee, situasi di Rakhine "sangat gawat" dan ini adalah waktunya bagi Suu Kyi untuk "turun tangan".
Sementara itu, berbagai lembaga pemantau Hak Asasi manusia (HAM) melanjutkan desakan agar pemerintah Myanmar mengizinkan Tim Pencari Fakta (TPF) yang dibentuk Dewan HAM PBB untuk masuk dan mengungkap kebenaran peristiwa kekerasan di negara bagian Rakhine, tempat tinggal umat sebagian besar Muslim Rohingya.
TPF kasus Rohingya, yang dibentuk Dewan HAM PBB pada Maret 2017, sejauh ini belum mendapatkan izin melakukan tugasnya ke Myanmar, karena otoritas negara itu menolak keberadaan tim tersebut.
Kenapa ASEAN tak ada respons untuk mendamaikan atau mencari solusi untuk mendamaikan? Bagaimana pembahasan Rohingya di forum resmi ASEAN?
ASEAN sejauh ini belum mengeluarkan pernyataan apa pun terkait krisis kemanusiaan di Myanmar.
Bagaimana sikap Aung San Suu Kyi sebagai pemenang Nobel Perdamaian atas keberadaan etnis Rohingya di Myanmar?
Aung San Suu Kyi, sebagai pemimpin de facto Myanmar, telah banyak dikecam karena tidak mengeluarkan pernyataan atau mengakui krisis yang terjadi di Rakhine terhadap etnis minoritas Rohingya.
Pelapor khusus PBB soal hak asasi manusia untuk Myanmar Yanghee Lee mengatakan bahwa Suu Kyi berada dalam posisi yang sulit namun tetap mengkritiknya karena tidak mengecam kekerasan.
"Dia terperangkap antara batu dan tempat yang keras, namun saya kira saatnya baginya untuk ke luar dari sana sekarang," kata Yanghee Lee.
Tokoh lain yang mengecam Suu Kyi adalah peraih Nobel Perdamaian lain, Malala Yousafzai, yang mengatakan bahwa dia dan dunia menunggu pernyataan dari Suu Kyi.
Konflik antara pemerintah Myanmar dengan Rohingnya, apakah benar benar karena murni faktor agama atau karena faktor lainnya?
Ada sisi agama dalam konflik ini, namun juga ada ketegangan antaretnis dan ekonomi.
Komunitas Rakhine merasa terdiskriminasi secara budaya, dieksploitasi secara ekonomi dan terpinggirkan oleh pemerintah pusat yang didominasi oleh etnis Burma.
Dalam situasi ini, etnis Rohingya, oleh orang Rakhine dianggap sebagai pesaing dalam perebutan sumber daya, sehingga menimbulkan ketegangan di negara bagian itu yang kemudian memicu konflik dari dua kelompok etnis tersebut.
Myanmar juga memiliki sejarah panjang ketidakpercayaan antaretnis yang dibiarkan ada, dan kadang dieksploitasi, oleh militer.
Meski sering disebut tidak ada hubungan langsung antara berbagai ketegangan kelompok masyarakat, namun rasa tidak percaya anter-etnis tersebut kini terbuka setelah ada kebebasan.
Pengamat mengatakan bahwa pemerintah tidak cukup melakukan upaya mengatasi kekerasan dan karenanya memunculkan risiko konflik lanjutan.
Bagaimana cara memberi bantuan ke pengungsi Rohingya?
Ada banyak cara yang bisa dilakukan, dari mulai mengirimkan makanan dan obat-obatan lewat Aliansi Kemanusiaan Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang diresmikan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Kamis (31/08) lalu, meski akses bantuan belum terbuka.
Aksi demonstrasi pun termasuk bentuk memberikan bantuan, meski tak semua orang menganggap ini efektif.
Selain itu, sudah ada sekitar 12.000 pengungsi Rohingya di Indonesia yang membutuhkan bantuan Anda.
Atau malah menjadi relawan anti-hoax untuk tidak menyebarkan berbagai foto menyesatkan di media sosial.
sumber : http://www.bbc.com/indonesia/dunia-41149698
Komentar
Posting Komentar