Arti Freeport Sah 51% Milik Indonesia Bagi Warga Papua. Jokowi Memang Luar Biasa!


Benar-benar angin segar tidak hanya bagi rakyat Papua tapi juga bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa Pemerintahan Indonesia akhirnya secara sah menguasai Freeport sebanyak 51% tanpa bisa ditawar-tawar lagi. Mohon dicatat, diceritakan secara turun temurun dan diingat dengan baik, bahwa ini adalah sebuah perjuangan untuk merebut kekayaan alam Indonesia dimiliki oleh bangsa Indonesia. Saya menitipkan pesan ini, karena Jokowi dan kabinetnya tidak akan selamanya berkuasa dan menjaga tanah dan air dan seluruh kekayaan yang ada didalamnya. Siapa tahu, dikemudian hari, ada pemimpin Indonesia yang baru, berani menggadaikan Freeport lagi pada pihak asing dengan 1001 macam alasan.
Berapa puluh tahun sudah Freeport berdiri ditanah Papua? Berapa banyak kontribusi, kemajuan, perkembangan pembangunan dan kesejahteraan yang Freeport berikan pada pulau ter-timur di Indonesia? Rakyat Papua bilang kontribusi itu ada tapi tidak bisa dirasakan. Apa-apa masih mahal dan anak tetap masih tidak bisa sekolah. Aneh!
Keberhasilan Presiden Jokowi atas kepemilikan 51% atas PT Freeport ini adalah satu tonggak yang ditancabkan oleh seorang Jokowi di Indonesia sebagai his greatest achievement yang patut ditulis dengan tinta emas. Tak seorang ahli nyinyir sekalipun mampu menyinyiri keberhasilan Jokowi atas PT Freeport.


Saya sangat menyukai sikap Jonan yang begitu elegan dalam menangani masalah divestasi PT Freeport ini. Sebagai Menteri ESDM, dia dengan jelas mengatakan, “Kalau Freeport minta perpanjangan syaratnya harus 51% divestasi. Kalau tidak, ya kita tidak perpanjang. Kalau saya ketemunya mungkin Richart Ackerson, orang yang lebih junior dari dia, saya kira tidak perlu!” Mantap!! Ini artinya, bagi seluruh jajaran kabinet Jokowi, mengeluarkan Presiden untuk berunding dengan orang-orang setingkat mereka, adalah suatu penghinaan jabatan. Mungkin Jokowi akan dikeluarkan oleh Menteri ESDM jika pembahasan Freeport ini melibatkan Donald Trump. Maka Jokowi akan head to head dengan Donald Trump. Tapi selama orang-orang yang berhubung tidak selevel dengan Jokowi, sebagai kepala pemerintahan, maka para menterilah yang akan menggebrag mereka. Keren sekali, bukan??
Mendengar komentar warga Papua atas keberhasilan Presiden Indonesia, benar-benar membuat saya merinding. Betapa mereka tidak henti-hentinya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Presiden. Saya yakin, seluruh rakyat Indonesia mendukung jika Jokowi meng-anak-emaskan Pulau dan rakyat Papua. Karena kita semua adalah saksi ketidak adilan yang dilakukan oleh pemimpin sebelumnya terhadap rakyat papua selama berpuluh-puluh tahun lamanya. Sedih saya ketika melihat banyak dari rakyat Papua yang tidak hapal lagu Indonesia Raya, tidak bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Ini karena ketidak hadiran Indonesia ke benak dan hati mereka.
Bayangkan, jumlah kandungan emas yang dimiliki oleh tanah Papua adalah yang terbesar didunia.Tak bisa dimungkiri, tambang Grasberg di Timika, Papua merupakan salah satu tambang yang menyimpan cadangan emas dan tembaga melimpah bagi Freeport. Bahkan, cadangan emas di Papua yang mencapai 29,8 juta ons merupakan cadangan terbesar atau mencakup 95 persen dari total cadangan emas Freeport di dunia. Sedangkan, cadangan tembaga mencakup sekitar 27 persen dari total cadangan Freeport atau cadangan terbesar ketiga di dunia. Sementara kapasitas Freeport menambang emas per tahun hanya sebanyak kurang dari 40 ton emas saja.
Terbayang berapa besar kerugian Freeport jika kontraknya dengan pemerintah Indonesia dihentikan, karena tidak setuju divestasi 51%? Mungkin sebagian orang yang kurang nalar, penghentian kontrak dengan Freeport bisa menjadi rugi besar juga bagi Indonesia karena Indonesia tidak akan mampu mengembalikan seluruh modal yang PT Freeport keluarkan. Tapi hey, jangan salah, objeknya ada di dalam teritori Indonesia. Jokowi hanya perlu mencari investor baru dari negara lain untuk membiayai dan menghidupkan operasional setelah mengganti nama Freeport dengan nama baru. Negara mana yang tidak akan tergiur untuk mengelola cadangan emas terbesar di dunia? Justru saya melihat, jika kontrak dengan McMoran dihentikan, Indonesia akan punya keuntungan yang jauh lebih besar. Kesejahteraan tidak akan hanya menyelimuti rakyat Papua, tapi seluruh negara dan bangsa Indonesia. Karena ini kesempatan besar bagi pemerintahan untuk mengevaluasi ulang seluruh persyaratan perjanjian kerja sama yang jauh lebih menguntungkan Indonesia. Jika cadangan emas terbesar di dunia ini, 75% saja milik Indonesia, mungkin hutang Indonesia akan seluruhnya terbayar.


Saya mengutip beberapa percakapan dari situs parlementmagazine.co.id dimana Gubernur Papua, Lukas Enembe menuliskan kata-kata Jokowi diacara Mata Najwa yang bertajuk “Keberadaan Freeport di Tanah Papua”
“Begini, Mbak Najwa. Hari ini, saya mendapat laporan ada 41 anak-anak di Mbuwa, Nduga, Papua meninggal dunia. Mereka sakit oleh penyakit yang belum diketahui. Para dokter di Wamena dan Jayawijaya angkat tangan, dan tentu saja saya sebagai presiden merasa terpukul…”
Suasana di studio menjadi hening. Najwa yang biasa menyela terlihat menahan diri. Presiden Jokowi segera melanjutkan penjelasannya.
“Papua itu kaya, Mbak Najwa, dan tambang Freeport hanya salah satu kekayaan tanah Papua. Saya sungguh bersedih, karena anak-anak itu seharusnya tidak mati di tanah yang kaya…”
“Kami mendengar, mereka terserang malaria, Pak Presiden?”
“Laporan awal yang masuk pada saya juga mengatakan begitu tapi para dokter sudah memastikan, mereka bukan mati karena malaria.”
“Sakit apa mereka…?”
“Ya itu yang belum diketahui.”
“Sudah ada tim yang akan dikirim ke Papua, Pak Presiden?”
“Betul. Saya sudah membentuk tim. Tim ini sudah saya buat sejak seminggu sebelumnya, tapi bukan tim untuk menyelidiki kasus kematian 41 anak-anak Papua itu.”
“Lalu tim apa, Pak Jokowi?”
“Saya membentuk tim pemutusan kontrak karya untuk Freeport Indonesia. Saya Presiden Republik Indonesia, Mbak Najwa. Dan saya akan sampaikan lewat Metro TV… Sebagai Presiden Republik Indonesia, saya memutuskan untuk tidak memperpanjang kontrak karya Freeport Indonesia. Dan mulai akhir tahun depan, semua pengelolaan Freeport harus diserahkan kepada pemerintah Indonesia…”
Suasana seketika menjadi hening. Mata para pejabat yang duduk di bangku barisan depan, membelalak semuanya seolah tak percaya dengan penjelasan Presiden Jokowi. Prosedur acara juga sampai lupa untuk memberi aba-aba agar penonton bertepuk tangan.
“Terus bagaimana kelanjutan penambangan Freeport, Pak Jokowi?”
“Soal sisa kontrak Freeport yang berakhir pada tahun 2019, akan kami selesaikan dengan cara bermartabat dan terhormat. Pengelolaan bekas tambang Freeport, setelah itu akan diserahkan kepada Papua untuk digunakan sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat di sana. Semuanya. Sebagian besar, pemerintah pusat hanya akan mengawasi dan mengambil sedikit bagian yang akan disalurkan lewat APBN untuk digunakan oleh daearah-daerah lain terutama daerah yang miskin…”
Saya tercenung. Tak percaya dengan apa yang saya baca dan saya ketik. Masya Allah! Yang terbayang kemudian adalah kebahagian rakyat Papua mendengar apa yang baru saja diumumkan Presiden Indonesia. Gubernur Papua sampai tak kuasa untuk menahan diri karena rasa bahagia. Dia berdiri dan menghampiri Presiden Jokowi, lalu memeluknya. Pak Jokowi membalas pelukan Gubernur Papua sangat erat. Mata sang Gubernur berkaca-kaca karena bahagia.
Dan anehnya, acara Mata Najwa yang bertajuk “Keberadaan Freeport di Tanah Papua” tidak ada yang mengunggahnya di Youtube. Yang pasti hanya membaca uraian yang ditulis Gubernur Papua tentang Bapak Presiden kita tercinta, mata saya sudah berkaca-kaca.
Pak Jokowi, WE LOVE YOU! WE LOVE YOU SO MUCH! Ah, mash juga belum puas hati ini mengungkapkan betapa diri ini begitu mensyukuri memiliki pemimpin sepertimu, Pak Jokowi!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KAPOK ...SENJATA MAKAN TUAN...!!! BEGAL TEWAS KENA SENJATA SENDIRI SAAT SEDANG BERAKSI MENGEJAR KORBANYA....

ASTAGFIRULLAH...!!! Masih Ingat Dengan Artis Cantik Asmirandah yang Resmi Murtad? Mengejutkan!! Ini Nasibnya Sekarang

Sosok Kopilot Cantik yang Shalat di Pesawat Ternyata Mantan Kontestan Indonesian Idol?