Pengacara Sebut Jonru Menghina Jokowi Saat Capres? Sini Saya Skak!
Saat Jonru dilaporkan ke Polisi, banyak
orang kaget. Ada yang kaget bahagia, ada yang kaget kurang setuju. Ada
yang kurang setuju sebab Jonru adalah hiburan, tempat berkumpulnya para
pecundang dari pendukung Capres yang kalah berkali kali. Ada yang kaget
bahagia, mereka adalah kelompok orang yang selama ini begitu kesal
dengan keangkuhan Jonru. Sudah tau salah, tapi masih ngeyel dan sombong.
Lihatlah Jonru yang sudah terpojok dalam acara ILC, namun masih bilang
“saya tidak takut.” Jonru juga kerap mengatakan bahwa dirinya bukan
penyebar hoax, buktinya tidak ada yang melaporkan dan dirinya tidak
ditangkap polisi.
Padahal kita semua tahu bahwa Jonru tidak
dilaporkan dan juga tidak ditangkap polisi karena memang dia tidak
terlalu penting untuk dibahas. Tidak membawa dampak besar. Melaporkan
Jonru hanya buang-buang waktu, menguras energi. Sebab dengan atau tanpa
dilaporkan pun, Jonru sudah terlanjur negatif di mata mayoritas
masyarakat Indonesia.
Tapi kesombongan yang terus menerus
dipertontonkan sepertinya membuat jengah sebagian orang. Sehingga mereka
akhirnya tergerak untuk melaporkan Jonru.
Saya ingat betul bahwa yang
dipermasalahkan oleh Akbar Faisal dalam acara ILC adalah status Jonru
yang menyebut asal usul Jokowi tidak jelas.
“Jokowi merupakan Presiden yang belum
jelas siapa orangtuanya. Sungguh aneh, untuk jabatan sepenting presiden,
begitu banyak orang yang percaya kepada orang yang asal muasalnya serba
belum jelas.”
Status tersebut sudah dikonfirmasi secara
langsung, bahwa benar Jonru yang menulisnya. Lucunya, Jonru menganggap
bahwa itu tidak menghina. Sementara kita yang waras, andai dibilang
tidak jelas asal usulnya kemudian dipertanyakan siapa ibu kita, kalau
saya pribadi minimal akan saya buat sekarat. Minimal lho ya.
Sebab kita terlahir ke dunia ini dari
perjuangan hidup mati seorang Ibu. Ketika Ibu kita dihina dan
dipertanyakan, maka orang yang menghina juga akan berada di perjuangan
antara bisa hidup atau mati. Menurut saya seperti itu.
Meskipun sudah terpojok, namun Jonru tetap
jumawa. Dia kembali menyatakan beberapa pengacara papan atas siap
membelanya. Dan pengacara papan atas yang dimaksud ternyata Razman Arif
Nasution. Berikut ini pembelaan awalnya:
“Posisi Pak Jokowi pada waktu itu adalah
sebagai capres, bukan sebagai presiden. Ibunya Pak Jokowi kan sudah
jelas ada, sekarang bapaknya siapa. Misalnya masih hidup, di mana, kalau
sudah meninggal, kuburannya di mana? Kalau mengatakan menghina
presiden, itu keliru, karena itu adalah calon presiden. Tepatnya
menghina capres.”
Hahahaha itulah pengacara papan atas yang siap membela Jonru…
Begini Pak Pengacara, sepertinya anda
tidak terlalu mengenal seorang Jonru. Sehingga dengan mudahnya
mengeluarkan pembelaan yang sangat lucu dan dangkal.
Jonru bukanlah warga biasa yang imut-imut
tanpa dosa. Dia bukanlah seorang netizen yang bereaksi spontan tanpa
rencana. Dia benar-benar penebar propaganda yang terstruktur, sistematis
dan massif. Kalau anda mau sedikit buang waktu untuk mencari postingan
Jonru yang menyebut Ibunda Jokowi bukan ibunda asli, anda akan
benar-benar kaget.
Tapi karena anda sudah terlanjur membela,
maka saya bantu untuk membuka mata hati anda, mungkin anda belum tahu
bagaimana caranya melihat postingan Jonru secara keseluruhan.
7 Juli 2016: Jonru menyebut ibunda Jokowi tidak jelas sebab beda usianya hanya 10 tahun.
Menjelang Pilpres: Jokowi sungkem pada “ibunya”. Sengaja saya beri tanda kutip, sebab banyak yang meragukan itu ibu kandungnya atau bukan. Ada yang bilang beda usia mereka hanya 10 tahun. Saya tidak tahu ini benar atau tidak. Namun kalau dilihat dari paras wajahnya, memang terlihat seperti SEBAYA dengan Jokowi. Kok bisa, ya?Dan setelah jadi presiden, setiap lebaran Jokowi selalu berkunjung ke daerah lain, sehingga momen sungkeman pun terlewatkan.Padahal:
Bagi orang Jawa, sungkeman saat lebaran merupakan budaya yang sangat luhur dan “wajib” diadakan.Mengapa Jokowi terkesan seperti menghindar dari budaya yang sangat penting ini?“Ini bukti bahwa Jokowi lebih mementingkan tugas negara ketimbang urusan pribadi,” demikian jawaban ngeles para Jokowers.Hehehehe…
Mereka memang selalu pintar ngeles :vPadahal, orang Jawa yang asli pasti tahu bahwa sungkem pada orang tua di hari lebaran sangatlah penting, jauh lebih penting ketimbang urusan lain.Saking pentingnya sungkeman, banyak orang Jawa yang rela bermacet-macet saat mudik, demi agar bisa berkumpul dengan orang tua saat lebaran.Lihatlah presiden-presiden sebelumnya. Mereka selalu sungkem pada ibunda tercinta saat lebaran.Lagipula, apakah para Jokowers ini tidak tahu bahwa IBU KANDUNG memiliki peran yang sangat besar bagi hidup seseorang? Di balik nama besar seorang tokoh, pasti ada peran besar dari seorang ibu kandung.Apakah Jokowi melupakan peran Ibu Kandung tersebut?Atau… apakah paras mereka yang sebaya merupakan sebuah PERTANDA???“Hei, kok Jonru membahas soal ibu Jokowi yang merupakan urusan pribadi? Coba bahas masalah kebijakan saja.”Hehehe…
Ini memang urusan pribadi, bro. Tapi ini PRIBADI PRESIDEN. Jika soal ibu saja dia tidak jelas, bagaimana mungkin dia bisa menjadi presiden yang jelas?Dan terbukti saat ini, banyak sekali ketidakjelasan di Indonesia sejak dia jadi presiden.
22 Desember 2016. Jonru kembali menyebut bahwa selisih usia Jokowi dan ibundanya hanya 10 tahun.
Apa arti dari dua bukti kecil ini? minimal
pengacara papan atas Jonru harus menarik pernyataannya. Jonru tidak
hanya menghina Jokowi saat masih Capres, tetapi juga (minimal) dua kali
menyebut bahwa beda usia Jokowi dan Ibunya hanya selisih 10 tahun.
Pengacara setuju bahwa tulisan Jonru menghina?
Hikmah dari pernyataan pengacara papan
atas yang membela Jonru adalah, dia mengakui bahwa tulisan Jonru yang
menyebut asal usul Jokowi tidak jelas adalah sebuah penghinaan. Artinya
persepsi kita manusia normal dengan pengacara Jonru masih segaris.
Pernyataannya “Kalau mengatakan menghina presiden, itu keliru, karena
itu adalah calon presiden. Tepatnya menghina capres,” menunjukkan dia
sepaham dengan kita manusia normal. Namun sebaliknya tidak sependapat
dengan Jonru karena Jonru menganggap itu bukan penghinaan.
Saya pribadi tidak terlalu
mempermasalahkan apakah Jonru akan dipenjara atau tidak. Karena bagi
saya, Jonru bukanlah orang yang terlalu penting untuk dipermasalahkan
oleh negeri ini. Saya memilih setuju dengan Agus Suparto, fotografer
Istana yang dulu juga difitnah hasil karyanya editan, namun kemudian
mengurungkan niatnya melaporkan ke polisi sebab hanya akan buang-buang
waktu. Saya memilih setuju dengan Teten Masduki, yang menyatakan bahwa
Istana tak perlu memberi pernyataan apa-apa terhadap sesuatu yang tidak
penting.
Saya juga tak terlalu tertarik untuk menuliskan ini. Tapi ketika kebodohan dimasyarakatkan,
pengacara papan atas itu ngeles sebajai mungkin, maka saya pikir ini penting untuk saya buka dan jelaskan. Begitulah kura-kura.
Komentar
Posting Komentar