Demo FPI di Borobudur Diobrak-abrik Polri, Pembubaran FPI dan Ormas Khilafah Jadi Opsi ,Yang Setuju ? Bagikan!
Panas. Rencana demo FPI dan kalangan Islam
radikal di Bobobudur diobrak-abrik Polri. Mengejutkan. Tidak hanya
sampai situ. Dari rekayasa alih kasus Saracen menuju kerusuhan di
Borobudur – tanpa membiarkan kerusakan Borobudur – jalan menuju
pembubaran FPI menjadi keniscayaan,menjadi opsi. Jenderal Tito bertindak
tegas: melarang dan mengobrak-abrik rencana demo di Candi Borobudur.
Sesungguhnya, di balik pembubaran demo FPI dan Islam radikal itu
mengandung rancangan strategis..
Polri, BIN, TNI, dan organ kekuatan negara
tidak akan pernah kendor menghadapi FPI. Maka, blunder pengalihan
Saracen ke Jonru dan Rohingya, dimanfaatkan secara maksimal untuk testing the water
yang mengarah pada pembubaran secara tegas terhadap beberapa ormas
radikal. FPI dan juga ormas Islam radikal seperti HTI, FUI, dan ormas
yang berideologi khilafah, tentu menjadi prioritas. (Dan, salah satu
sepupu ideologi khilafah itu adalah Ikhwanul Muslimin dan Wahabi.)
Manuver Aliansi yang Tercerai-berai
Tentang FPI, yang senyatanya berada dalam
satu gerbong dengan Anies, Prabowo, JK, dan SBY, merupakan target
berikut untuk mengamankan negara dari angkara murka. Karakter FPI yang
memrovokasi dalam tahap awal – dengan menyuarakan atas nama agama –
semakin tergiring ke tahap berikutnya yakni memasuki red line. Seperti HTI, nasib FPI pun kini sudah semakin kalang kabut dan tiarap begitu teriakan tegas disuarakan.
Gerakan FPI yang kini kehilangan induk semang Rizieq, yang terseret kasus hot, chat
porno menjijikkan, yang ngumpet di Saudi, kini dalam kendali pengawasan
ketat. Gerakan yang biasanya menggelegar (baca: karena kucuran dana
para cukung) suara mereka, kini sementara tercerai-berai dengan
terbukanya kasus Saracen. Maka untuk menggalang kekuatan demo-demo
bernasi bungkus dan menggoreng isu RAISA (ras, agama, intoleransi, suku,
antargolongan), yang kini menargetkan gesekan horizontal umat Buddha.
Sekeluarga sepupuan dengan FPI dan HTI, dan ormas lainnya, organ penting komunikasi media hoax kalangan Bumi datar, celana cingkrang, daster Arabia, dipastikan terkait kuat dengan Saracen. Sejak awal the Operators
telah secara tegas mengidentifikasi kaitan yang kuat antara kelompok
kepentingan dengan para simpatisan Prabowo, SBY, Anies, seperti Jasriadi
Yadi, Sri Rahayuningsih dan tiga tersangka lainnya, misalnya.
Mereka pun dalam kenyataannya, sikap teduh, diam, terpana, kaget dan khawatir menyelimuti mereka sebagai seluruh stake –holders
Saracen. Bungkam, membela diri, lalu melakukan serangan balik dengan
memanfaatkan momentum adalah ciri gerakan yang berbau amis dekat dengan
kalangan Islam radikal. Dan itu dilakukan dengan sempurna.
Dalam kediaman sementara akibat Saracen,
Jonru manusia tidak bermanfaat bagi kalangan orwas (orang waras) itu pun
digunakan untuk menggiring opini pengecilan makna Saracen. Gagal.
Justru Polri mengendus dan menyeret Jonru.
Jonru justru semakin menguatkan adanya loose alliance
alias aliansi longgar antara organisasi kejahatan sejenis Saracen –
namun dengan pendana yang relatif sama: cukongnya ya sama. Cukong mereka
adalah para mafia, koruptor, politikus semprul dan sedikit kontribusi
para bandar narkoba, yang menggunakan agama dan isu PKI dan intoleransi
sebagai alat jualan.
Polri Merangsek
Sementara itu Polri pun tetap mengejar
Saracen. Ketakutan yang terkait dengan Saracen justru semakin membuka
kedok para simpatisan dan organisasi Islam radikal berada di belakang
Saracen. Terbukanya aliran dana yang telah mengarah jelas, tentu
menimbulkan reaksi mereka untuk keluar dari belitan negatif kejahatan
kepada negara.
Hal yang paling seksi upaya itu adalah
dengan kembali menyerang Jokowi. Karena memang target semua upaya mereka
dengan organ komunikasi Saracen, adalah NKRI yang notabene-nya adalah
Jokowi. Gerombolan manusia tak waras itu pun menyasar Borobudur.
Nah, momentum yang tepat adalah Rohingya,
yang bisa disulut menjadi isu RAISA. Maka gerakan melawan Jokowi dan
pemerintah itu kini diarahkan lagi dengan mengusung isu Rohingya. Cap
kelompok Islam radikal dan juga FPI selalu memanfaatkan momentum sekecil
apapun untuk keuntungan gerakan. Ini bukan soal kebetulan. Ini memang
sudah menjadi kebijakan dan strategi yang mereka pegang.
FPI Target Pembubaran Pasca HTI
Dengan testing the water
Borobudur oleh Polri dan TNI dan BIN – yang mengendus jelas petunjuk
dukungan keuangan dan politik dari cukong Saracen yang itu-itu saja
mengendor – maka langkah-langkah berikutnya diambil. Pendemo Borobudur
tidak mendapatkan nasi-bungkus sebagaimana biasanya. Dan, kini momentum
muncul, saatnya strategi mengoyak dan merusak kohesitivitas dan
kebersatuan aliansi mereka dilakukan.
Pun melihat hasil coordinated operation on
Borobudur lintas badan dan lembaga, dan catatan panjang FPI seperti
itu, maka tidak ada jalan lain bagi Negara selain terus merangsek, dan
bertujuan akhir, membubarkan FPI yang tidak bermanfaat sama sekali bagi
bangsa Indonesia.
Juga, FPI dalam berbagai kesempatan mendukung khilafah dan syariat Islam
yang jelas bertentangan dengan dasar ideologi Pancasila dan NKRI. Maka
kini penggiringan terhadap FPI seperti kasus HTI menjadi pilihan yang
tersedia di meja – all options for FPI dan ormas radikal
berideologi khilafah – termasuk tentu pembubarannya menjadi pilihan bagi
Negara. Negara, TNI, Polri, BIN, dan Jokowi tidak ragu sedikitpun dalam
menjaga NKRI. One more step, crossing the red line, FPI will be banned. Demikian the Operators. Salam bahagia ala saya.
sumber :https://seword.com/politik/demo-fpi-di-borobudur-diobrak-abrik-polri-pembubaran-fpi-dan-ormas-khilafah-jadi-opsi/
Komentar
Posting Komentar